Kuliah filsafat pada tanggal 2 desember 2015 diawali dengan tes jawab singkat seperti biasa. Dengan pertanyaan sebagai berikut:
Idealnya realis
Realisnya ideal
Tetapnya perubahan
Berubahnya ketetapan
Fatalnya fital
Fitalnya fatal
Dewanya daksa
Daksanya dewa
Intensifnya ekstensif
Ekstensifnya intensif
Linernya siklik
Sikliknya liner
Lampaunya sekarang
Sekarangnya lampau
Masa depannya sekarang
Sekarangnya masa depan
Awalnya akhir
Akhirnya awal
Analitiknya sintetik
Sintetiknya analitik
Apriorinya a posteriori
A posteriorinya apriori
Rasionalnya pengalaman
Pengalamannya rasional
Identitasnya kontradiksi
Kontradiksinya identitas
Harmoninya disharmoni
Disharmoninya harmoni
Idealnya ideal
Realitasnya realitas
Tetapnya tetap
Berubahnya berubah
Fatalnya fatal
Fitalnya fital
Dewanya dewa
Daksanya daksa
Intensifnya intensif
Ekstensifnya ekstensif
Linernya liner
Sikliknya siklik
Lampaunya lampau
Sekarangnya sekarang
Masa depannya masa depan
Awalnya awal
Akhirnya akhir
Analitiknya analitik
Sintetiknya sintetik
Apriorinya apriori
A posteriorinya a posteriori
Rasionalnya rasional
Pengalamannya pengalaman
Identitasnya identitas
Kontradiksinya kontradiksi
Harmoninya harmoni
Disharmoninya disharmoni
Siangnya malam
Malamnya siang
Mudahnya sulit
Sulitnya mudah
Bolehnya tidak
Tidaknya boleh
Ragu-ragunya mantap
Mantapnya ragu-ragu
Benarnya salah
Salahnya benar
Besarnya kecil
Kecilnya besar
Hidupnya mati
Matinya hidup
Gelapnya terang
Terangnya gelap
Dan secara langsung, semua jawaban mahasiswa p.mat 2012 langsung
dicoret semua jawabannya Awalnya saya berpikir “lha kok disalahkan semua?, kan
belum tentu salah semua”. Permasalahannya adalah perbedaan dimensi antara Prof
Marsigit dengan para mahasiswa, Prof Marsigit adalah dewa sedangkan para
mahasiswa adalah daksa, tetapi Prof Marsigitpun juga akan menjadi daksa oleh dirinya
yang nanti. Kemudian Prof Marsigit menjelaskan alasan beliau bahwa filsafat
tidak bisa hanya dengan tes jawab singkat/tebak-tebakan. Beliau mengatakan
jawaban dari mahasiswa itu tidak ada yang mikir. Mikirnya orang yang tidak
berpikir atau tidak berpikirnya orang yang mikir. Filsafat adalah penjelasanmu,
maka terangkanlah. Itulah konyolnya tes jawab singkat atau ujian, tes jawab
singkat hari ini telah dipermalukan dengan menorehkan hasil 0 pada semua
mahasiswa, karena filsafat bukanlah seperti itu. Idealnya realis, jika
dijelaskan sampai membentuk buku yang tebalnya 10 meter pun belum selesai
penjelasannya. Maka setiap pertanyaan di atas adalah dunia, sehingga
berfilsafat adalah membangun dunia. Setiap individu membawa dunianya
masing-masing, membawa kebudayaan, kebiasaan masyarakat asalnya jika dijelaskan
maka akan membentuk dunianya.
Dewanya Daksa dan Daksanya Dewa
Jika dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari, misalnya pemimpin adalah dewa dan rakyak adalah daksa. Tetapi memungkinkan pemimpin menjadi daksa dan rakyat menjadi dewa. Pemimpin harusnya mengayomi rakyatnya dan rakyat menghormati pemimpinnya. Rakyat juga bisa mengambil keputusan dan pemimpin melaksanakan keputusan tersebut. Jadi tergantung oleh ruang dan waktu.
Jika dikaitkan pada pendidikan, guru ibaratnya dewa dan siswa ibaratnya daksa. Kedudukan guru lebih tinggi dari siswa karena pengetahuannya lebih banyak, usianya lebih banyak, pengalamannya lebih banyak dan sebagainya. Akan tetapi memungkinkan untuk guru menjadi daksa dan siswa menjadi dewa jika yang dilihat dari ketidaktahuan, kurangnya pengalaman, keaktifan bermain, kepolosan, dan sebagainya. Jadi tergantung oleh ruang dan waktu.
Guru dan siswa harus bertanggung jawab akan hak dan kewajibannya sesuai dengan posisinya. Sebagai dewa, guru menyadari bahwa siswa perlu dibimbing dalam belajarnya, perlu difasilitasi belajarnya, perlu didorong motivasinya, perlu dikembangkan potensi dan bakatnya. Sebaliknya siswa perlu menyadari bahwa dia harus belajar dengan giat, mencari pengetahuan, menggali potensi dan mengembangkannya.